Langsung ke konten utama

PEMETAAN RISIKO BENCANA

Konsep Pemetaan Risiko Bencana


Bencana adalah sesuatu yang tidak terpisahkan dari sistem yang ada di muka bumi, baik secara alamiah ataupun akibat ulah manusia. Indonesia merupakan Negara yang memiliki banyak sekali potensi bencana karna berdasarkan letaknya Indonesia terletak diantara pertemuan 3 lempeng besar yaitu Lempeng Hindia-Australia, Lempeng Eurasia dan Lempeng Pasifik. Pertemuan 3 lempeng besar ini menjadikan Negara Indonesia memiliki fenomena alam yang komplek mulai dari pegunungan, perbukitan dan dataran. Proses geologi merupakan siklus di bumi dalam mencapai titik keseimbangan yang sering  menjadi fenomena ancaman seperti gempa bumi, tsunami, longsor, banjir, angin putting beliung, dan sebagainya. Kondisi ini dapat diprediksi berdasarkan parameter-parameter pemicunya meliputi kondisi geologis dan geomorfologis,  sehingga dapat dipetakan sebaran dan dampaknya terhadap sistem yang ada di bawahnya dengan menggunakan analisis spasial dan analisis database.
Konsep Peta Risiko
Risiko bencana dapat dinilai tingkatannya berdasarkan besar kecilnya tingkat ancaman dan kerentanan pada suatu wilayah. Analisis risiko bencana dapat dilakukan dengan berbagai metode salah satunya adalah metode pemetaan berbasis Sistem Informasi Geografis (SIG). Dewasa ini berbagai pihak telah mencoba untuk menyusun peta risiko bencana, belum adanya standarisasi dalam metode penyusunan peta risiko menyebabkan setiap lembaga atau institusi memiliki metode yang berbeda dalam penyusunan peta risiko. Secara mendasar pemahaman tentang konsep bencana menjadi dasar yang kuat dalam melakukan pemetaan risiko bencana yang dapat diaplikasikan kedalam Sistem Informasi Geografis (SIG) yang dapat ditampilkan secara spasial dan menghasilkan peta ancaman, peta kerentanan, peta kapasitas dan peta risiko bencana.
Peta Ancaman adalah gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu ancaman atau bahaya tertentu. Misalnya : Peta KRB Gunungapi Kelud, Peta KRB Gunungapi Merapi, Peta bahaya longsor, Peta kawasan Rawan Banjir
Peta Kerentanan adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kerentanan tertentu pada aset-aset penghidupan dan kehidupan yang dimiliki yang dapat mengakibatkan risiko bencana. Contoh : Peta kerentanan penduduk, peta kerentanan aset, peta kerentanan pendidikan, peta kerentanan lokasi
Peta Kapasitas adalah : gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki suatu kapasitas tertentu yang dapat mengurangi risiko bencana. Contoh : peta sarana kesehatan, peta alat peringatan dini, peta evakuasi, peta pengungsian, peta jumlah tenaga medis, peta tingkat ekonomi masyarakat.
Peta Risiko Bencana adalah :gambaran atau representasi suatu wilayah atau lokasi yang menyatakan kondisi wilayah yang memiliki tingkat risiko tertentu berdasarkan adanya parameter-parameter ancaman, kerentanan dan kapasitas yang ada di suatu wilayah. Contoh : peta risiko bencana banjir, peta risiko bencana longsor, peta risiko bencana gempa.
Dalam metode análisis risiko dengan menggunakan GIS untuk menghasilkan peta risiko, yang paling utama adalah pemilihan parameter dan indikator masing-masing análisis risiko
  1. Analisis ancaman gempa misalnya : sejarah kejadian gempa, zonasi patahan, struktur geologi, janis batuan, geomorfologi wilayah, dll
  2. Analisis ancaman banjir misalnya : peta rawan banjir, jumlah rata-rata curah hujan, sejarah kejadian banjir, luasan wilayah yang terkena dampak,jumlah curah hujan, jenis batuan, jenis tanah, morfologi, kemiringan lereng, densitas sungai dalam suatu DAS, dll
  3. parameter ancaman longsor misalnya sejarah kejadian longsor, jenis batuan, kemiringan lereng, morfologi, jenis tanah, curah hujan, dll
  4. parameter kerentanan misalnya : jumlah penduduk, kepadatan penduduk, kepadatan pemukiman, jumlah KK miskin, jumlah kelompok rentan, jumlah rumah di kawasan rawan bencana, jumlah KK di kawasan rawan bencana, jauh dekatnya pemukiman dari daerah rawan, jumlah penduduk tidak bisa baca tulis, penggunaan lahan di kawasan rawan, tingkat mata pencaharian,dll
  5. parameter kapasitas misalnya : jumlah tenaga kesehatan, jumlah sarana kesehatan, jumlah penduduk yang sekolah, jumlah sekolah, desa yang punya kebijakan PB, desa yang pernah mendapat pelatihan PB, keberadaan organisasi PB di masyarakat, keberadaan alat peringatan dini
Sifat Riskmap
  1. Dinamis : analisis risiko bukan sesuatu yang mati tetapi suatu anlisis yang dinamis dapat berubah setiap saat tergantung upaya-upaya yang sudah dilakukan untuk PRB. Dalam hal ini konsultan menawarkan bagaimana konsep update able analisis risiko dengan peta risiko bencana di daerah yang dapat dilakukan setiap saat oleh isntansi yang berwenang di daerah, karna dalam GIS proses penyusunan database menjadi dasar yang kuat untuk analisis spasial
  2. Partisipatif : konsultan menawarkan bukan hanya sekedar hasil peta risiko dan laporan semata, tapi lebih pada proses yang partisipatif dan berkelanjutan
  3. Akuntabel : hasil peta risiko dapat dipertanggungjawakan, data-data yang diperoleh dari seluruh instansi di kabupaten  harus melalui proses validasi dan dapat dipertanggungjawabkan kebenaran, sehingga hasil analisis risiko bisa berkelanjutan.
Manfaat Risk Map
  1. Terpetakannya sebaran-sebaran ancaman yang ada, kondisi kerentanan dan kapasitas aset penghidupan dan kehidupan  masyarakat (aset alam, aset ekonomi, aset manusia, aset infrastruktur, dan aset sosial) yang berada di darah rawan bencana
  2. Sebagai alat análisis risiko bencana berbasis spasial dan database meliputi análisis ancaman dan sebarannya, análisis kerentanan dan análisis kapasitas dari masing-masing ancaman yang ada di suatu wilayah
  3. Untuk análisis risiko pada suatu wilayah berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar pijakan bagi pemerintah dalam membuat perencanaan penanggulangan bencana, meliputi kebijakan PB, RAD, RPB, Kontinjensi
Metodologi
Penyusunan peta risiko bencana dilandaskan pada formula yang disepakati dalam Hyogo Framework yang memasukkan parameter  ancaman, kerentanan dan kapasitas dengan melakukan penyusunan database pada setiap komponen-komponen dan memilah data berdasarkan parameter-parameter yang ditentukan yang diformulasikan kedalam rumus :
Risiko Bencana = Ancaman x Kerentanan/Kapasitas
Penentuan parameter dilakukan berdasarkan faktor-faktor yang dapat mempengaruhi masing-masing parameter yang dipilih. Setiap parameter akan diskor berdasarkan pembagian nilai yang ditentukan oleh peneliti secara kuantitatif dan dibagi dalam tiga tingkatan :  tinggi (3), sedang (2) dan rendah(1). Hasil skoring ini kemudian dibobot. Besar kecilnya pembobotan dilakukan berdasarkan besar kecilnya faktor yang mempengaruhi risiko bencana, dimana faktor terbesarnya adalah ancaman akan dibobot lebih tinggi dan faktor terkecil adalah kerentanan dan kapasitas yang akan dibobot lebih kecil. Semua parameter yang dipilih akan dihitung skor total dan skor bobot total dan ditumpang susun dengan data spasial (peta geologi, peta geomorfologi, peta KRB, peta tataguna lahan, peta kelerengan, dan peta administrasi).  Dari analisa spasial menghasilkan peta kerentanan, peta kapasitas, peta ancaman. Peta risiko bencana didapat dari hasil penggabungan parameter ancaman, parameter kerentanan, parameter kapasitas dan data spasial dari masing-masing objek dalam aplikasi sistem informasi geografis.
Tahapan Penyusunan Peta Risiko Bencana
  1. Studi literatur  dan pengumpulan data sekunder  (buku, jurnal, data podes, peta dasar, peta geologi, peta tatagunalahan, peta tanah, peta morfologi, data demografi dan monografi)
  2. Analisis risiko bencana berdasarkan ancaman yang ada sebagai dasar awal untuk melakah dalam melakukan analisis risiko berbasis peta/GIS
  3. Penentuan parameter berdasarkan data-data primer dan sekunder (parameter ancaman, parameter kerentanan dan parameter kapasitas) dilakukan secara partisipatif dalam suatu FGD
  4. Pengambilan data primer di lapangan
  5. Penyusunanan database dan data spasial dalam Sistem Informasi Geografis
  6. Skoring dan pembobotan pada setiap parameter
  7. Pembuatan Peta Tematik dengan metode tumpang susun (overlay) meliputi Peta Ancaman, Peta Kerentanan, Peta Kapasitas
  8. Pembuatan peta risiko bencana dengan metode tumpang susun dari total ancaman, total kerentanan dan total kapasitas.
  9. Deseminasi kepada semua pihak dalam suatu FGD
  10. Publikasi dan evaluasi dalam suatu kegiatan seminar hasil
Hubungan Peta Risiko Dengan Kebijakan PB dan Pembangunan Daerah
Peta risiko bencana merupakan alat analisis risiko spasial dan database yang dapat diintegrasikan dalam perencanaan tataruang untuk mengoptimalkan pembangunan berkelanjutan  dalam perspektif pengurangan risiko bencana. Dalam kontek risiko, bencana dapat memberi peluang terhadap pembangunan atau dapat memundurkan pembangunan, untuk itu pentingnya pemetaan risiko bencana dilakukan agar dapat menjadi acuan bagi daerah dalam perencanaan pembangunan yang berperspektif penanggulangan bencana dan pengurangan risiko bencana berbasiskan tataruang. Sasaran kebijakan dan pembangunan akan menjadi lebih jelas
  1. untuk menagani ancaman seperti melakukan mitigasi pada daerah-daerah rawan bencana
  2. untuk menangani kerentanan dan kapasitas seperti peningkatan kapasitas lokal, pengamanan aset penghidupan dan kehidupan, menekan laju pertumbuhan penduduk pada darah rawan, membangun kesiapsiagaan di masyarakat, membangun sistem peringatan dini, melakukan rencana aksi PB-PRB

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SEJARAH PETA

SEJARAH PETA  Ilmu geografi adalah ilmu yang mempelajari berbagai gejala dengan ruang muka bumi sebagai tempat berkembangnya kehidupan, kesimpulan di atas dikemukakan berkaitan dengan pernyataan yang dibuat oleh Ptolemy dan Richard Hartshome, yaitu :   The purpose of geography   is to provide a view of whole earth by mapping the location of procces (Ptolemy). Geography is concerned to provide accurate, orderly, and rational description and interpretation of the variable character of the earth surface (Richard Hartshome). Para ahli geografi selalu menaruh perhatian pada persebaran, perubahan, dan keterkaitan antara gejala fisik dan social pada berbagai tempat di permukaan bumi. Kajian – kajian yang dilakukan senantiasa dilandasi oleh pendekatan regional dan ekologis guna memahami secara holistic hubungan antar manusia dan lingkungan dalam membentuk karakter permukaan bumi. Pendekatan regional berupaya untuk memahami, mengkaji, dan menilai lokasi/tempa...

TRIANGULASI

Metode Triangulasi     Dijelaskan oleh  Deni Andriana  bahwa peneliti menggunakan triangulasi sebagai teknik untuk mengecek keabsahan data. Dimana dalam pengertiannya triangulasi adalah teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain dalam membandingkan hasil wawancara terhadap objek penelitian (Moloeng, 2004:330) Triangulasi dapat dilakukan dengan menggunakan teknik yang berbeda (Nasution, 2003:115) yaitu wawancara, observasi dan dokumen. Triangulasi ini selain digunakan untuk mengecek kebenaran data juga dilakukan untuk memperkaya data. Menurut Nasution, selain itu triangulasi juga dapat berguna untuk menyelidiki validitas tafsiran peneliti terhadap data, karena itu triangulasi bersifat reflektif. Denzin (dalam Moloeng, 2004), membedakan empat macam triangulasi diantaranya dengan memanfaatkan penggunaan sumber, metode, penyidik dan teori. Pada penelitian ini, dari keempat macam triangulasi tersebut, peneliti hanya menggunakan teknik ...

RESUME KELOMPOK 13

Aksesibilitas Spasial Taman Kota di Shanghai, Cina           Kota Shanghai memiliki tingkat urbanisasi tertinggi di Cina dan menjadi salah satu kepadatan populasi tertinggi di   dunia. Shanghai memiliki populasi lebih dari 24 juta orang, sementara ruang hijau publik hanya 7,1 m per kapita untuk memenuhi tuntutan rencana Kota Shanghai maka akan dibangun green infrastruktur . A.            Aksesibilitas Aksesibilitas adalah faktor penting untuk mengunjungi taman.   Untuk menganalisis aksesibilitas di Shanghai Luo dan Qi merekomendasikan Sistem Informasi Geografis (SIG) untuk melakukan analisis mengenai akses di Kota Shanghai B.            Green Infrastruktur Green Infrastructure (G) adalah strategi perencanaan yang memiliki tujuan yang berkelanjutan untuk pembangunan perkotaan. Fungsi utama G adalah untuk melindungi...